KALIMANTAN TENGAH - "Hati-hati, Kalimantan itu masih hutan semua", pesan Ibu yang disampaikan dengan nada cemas sebelum keberangkatan saya itu kembali terngiang ditelinga saat melanjutkan petualangan di tanggal 18 Oktober 2010 untuk menelusuri Kalimantan. Tetapi pesan itu justru bertolak belakang ketika sopir yang membawa kami sehari sebelumnya menuju Sampit mengeluh kepada kami : "Hutan disini sudah gundul, sudah banyak yang jadi kebun sawit Mas..", sebuah ungkapan yang diiringi dengan senyum canda itu membuat saya penasaran akan faktanya.
Saya dan Berka sempat berkunjung ke perkebunan sawit di Sungai Rungau yang dimiliki PT. Smart Tbk, dan di benak saya terpikir keluhan terkait perkebunan sawit yang diucapkan oleh sopir tersebut, tapi ternyata hasilnya mengejutkan, saya takjub dengan apa yang saya temukan disana. Rupanya selalu ada dua sisi dari setiap cerita.
Ketika saya naik ke Fire Tower di dataran perkebunan yang tinggi, saya lihat dengan mata kepala sendiri bahwa perkebunan ini justru memanfaatkan lahan “gundul” atau istilah profesionalnya lahan yang sudah terdegradasi dulunya untuk menanam sawit. Dengan demikian lahan di daerah tersebut bisa lebih produktif, kebun sawit ini menjadi detak jantung pertumbuhan ekonomi di sekitar pedesaan. Selain kebun, sarana pendukung lainnya seperti jalan, sekolah, rumah ibadah, puskesmas yang bisa dinikmati gratis bagi penduduk.
Dari sini masihkah kita memandang negatif keberadaan perkebunan sawit yang ada di indonesia, yang kini justru mengangkat martabat bangsa sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia mengungguli Malaysia dan negara-negara lainnya? Mari sisihkan prasangka yang buruk atas realita sawit yang telah membantu pembangunan Kalimantan.
Sumber: Detik Travel
No comments:
Post a Comment